Lelaki Paruh Baya dan Anak Laki - laki

6 comments

Pada post kali ini, gue ingin cerita sama kalian tentang suatu kisah yang sedikit berkaitan dengan post sebelumnya yaitu Kereta Api. Kisahnya sederhana tapi maknanya buat gue dalem banget. So, langsung aja ya ke ceritanya.

Pada suatu sore hari, di dalam gerbong kereta yang penuh dijejali oleh orang orang yang pulang dari pekerjaannya, terdapat seorang lelaki paruh baya dengan keriput senyum membekas di pipinya dan warna putih menutupi sebagian kepalanya tersenyum melihat anak laki laki beranjak dewasa berumur sekitar 18-an tahun yang sedang sangat antusias melihat keluar jendela. Tampak ada hubungan batin diantara keduanya. Anak laki - laki tersebut takjub terhadap pohon, rumah, dan gedung yang berlalu lalang di depannya dan lantas berkata kepada lelaki paruh baya tersebut "Yah, mengapa pohon, rumah dan gedung tersebut berlari sangat kencang sekali". Si lelaki paruh baya hanya tersenyum dan orang di sekitarnya memandang aneh dan meremehkan. "Mengapa benda mati tersebut bisa bergerak yah?" tanya si anak laki laki kepada lelaki paruh baya tersebut dan hanya dijawab oleh sebuah senyuman kecil lagi. Orang orang di sekitar pun mulai merasa keheranan dan saling berbisik satu sama lain sampai salah satu dari mereka mengambil inisiatif untuk menanyakan ke lelaki paruh baya tersebut. "Pak, bagaimana mana mungkin bapak tidak mengajarkan kepada anak anda mengenai ini semua sewaktu dia masih kecil? Mohon maaf, apakah dia memiliki keterbelakangan mental tapi saya rasa dia(melihat ke anak laki laki) merupakan anak yang normal?" tanya seorang bapak pegawai kantoran kepada lelaki paruh baya tersebut. Kemudian semuanya hening, tidak ada suara yang berbicara yang ada hanya senyuman tipis lelaki paruh baya menjawab pertanyaan si bapak pegawai dan anak lelaki yang tetap asik melihat keluar jendela. Bapak pegawai pun lantas mengernyitkan dahi dan kemudian berkata, "Kenapa bapak tersenyum?". Lelaki paruh baya lantas menjawab dengan singkat, "Seminggu yang lalu anak saya baru dioperasi matanya dari kebutaan yang dia alami sejak lahir dan hari ini adalah hari pertama dimana saya mengajaknya melihat dunia".

Cerita di atas merupakan secuil dari beribu ribu kisah mengenai pemikiran - pemikiran yang terkekang dari apa yang hanya dilihat mata aja. Mungkin banyak orang yang udah membentuk opini sendiri dari apa yang dilihat tanpa mendalami dan memahami apa yang dilihat.  Disini, gue cuma ingin berbagi kisah yang mungkin maknanya dapat diterapin sama kehidupan lo pada umumnya dan gue pada khususnya. 

Kalo bisa lihat cerita diatas lo pasti juga bakal bisa ngaitin sama satu quote yang klasik banget yaitu "Don't judge a book by its cover". Dari situ kita bisa mulai berhati - hati dalam ngebentuk opini dari apa yg kita lihat. Dari situ gue belajar klo gue ga mau sotoy sok sok-an ngerti padahal ga ngerti tentang sesuatu. Dan pelajarannya tambahannya adalah ketika orang lain berpikir tentang sesuatu ke kita tapi itu ga sesuai sama kenyataan yang ada ato yg kita alami, mungkin kita bisa belajar dari cerita diatas yaitu kita dapat ngebales itu semua dengan senyuman ditambah satu bukti yang mengejutkan mereka tentang kebenaran.


6 comments:

  1. Aku juga pernah diberitahu sama dosenku cerita diatas. Pertama kali dengar, ganyangka ending-nya bakalan sesedih itu :(

    ReplyDelete
  2. Gue udah sering banget baca cerita itu, kak :)
    tadinya belum begitu yakin sama quote "don't judge a book by its cover", tapi setelah beberapa waktu lalu kejadian, baru deh percaya hehehe.

    ReplyDelete
  3. Bisa juga, jangan sok tau kalau emang ngga tau, jangan nge-judge dia anak ngga normal sebelum tau dia seperti apa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebanyakan orang sih gitu. gatau apa2 tapi udah ngejudge duluan.huhuuu

      Delete